Monday, March 1, 2010

Kisah Cinta Sebenar..

Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang

 dicontohi Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun

 langit telah mulai menguning, burung2 gurun enggan mengepakkan

 sayapnya. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan

 khutbah, Wahai ummatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta

 kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepadaNya. Kuwariskan dua

 perkara pada kalian;

 

 Al-Quran dan Sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-

 orang yang mencintaiku, akan masuk ke dalam syurga bersama-sama ku.

 

 Khutbah singkat diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang

 dan penuh minat menatap sahabatnya satu-persatu.

 Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik

 turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghelakan nafas

 panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

 

 Isyarat itu telah datang , saatnya sudah tiba. Rasullullah akan

 meninggalkan kita semua, keluh hati semua sahabat kala itu.

 Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.

 Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas

 menangkap Rasulullah yang dalam keadaan lemah dan goyah ketika turun dari

 mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana

 pasti akan menahan detik-detik yang berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu

 rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang

 terbaring lemah dengan keningnya yang keringat dan membasahi pelepah kurma

 yang menjadi alas tidurnya.

 

 Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan

 salam. Bolehkah saya masuk? tanyanya. Tapi Fatimah tidak

 mengizinkannya masuk, Maafkanlah, ayahku sedang demam. Kata Fatimah

 yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani

 ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah,

 Siapakan itu wahai anakku? Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru

 sekali ini melihatnya. Tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap

 puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah

 bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. Ketahuilah,

 dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan

 pertemuan di dunia. Dialah Malakul Maut. Kata Rasulullah. Fatimah pun

 menahan ledakkan tangis.

 

 Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa

 Jibril tidak ikut sama menyertainya .. kemudian dipanggilah Jibril 

 yang sebelumnya sudah bersiap sedia di atas langit dunia menyambut ruh

 kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

 Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah? Tanya Rasulullah

 dengan suara yang amat lemah.

 Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruh mu.

 Semua syurga terbuka lebar menanti kedatangan mu..

 Kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega,

 matanya masih penuh kecemasan.

 Engkau tidak senang mendengar khabar ini?tanya Jibril lagi. Khabarkan

 kepada ku bagaimana nasib umatku kelak?

 Jangan khuwatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah

 berfirman kepadaku:

 ' kuharamkan syurga bagi sesiapa saja, kecuali umat Muhammad telah

 berada di dalamnya, kata Jibril.

 

 Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan

 ruh Rasulullah ditarik.

 Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya

 menegang.

 Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini. Perlahan Rasulullah

 mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkn muka.

 Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril? Tanya Rasulullah pada Malaikat

 pengantar wahyu itu.

 Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal, kata Jibril.

 

 Sebentar kemudian, terdengar Rasulullah mengerang, kerana sakit yang

 tidak tertahankan lagi. Ya Allah, dahsyat nian maut ini,

 timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.

 Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak

 lagi.

 Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera

 mendekatkan telinganya. Uushiikum bis shalati, wa maa malakat

 aimanuku-

 Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.

 

 Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling

 berpelukkan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya dan Ali kembali

 mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

 Ummatii, ummatii, ummatii- Umatku, seorang manusia yang mulia yang

 memberi sinaran itu.

 

 Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

 

 Allahumma sholi ala Muhammad wa baarik wa salim alaihin.. betapa

 cintanya Rasulullah kepada kita.
 
-Terima kasih kepada pengirim artikel ini, sesungguhnya perkongsian anda sangat mengesankan..

No comments: