Sesungguhnya inti dari istiqamah adalah kesabaran.
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-Nya di pagi dan senja hari, dengan mengharap keredhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (kerana) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan jangan-lah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Qs. Al-Kahfi: 28).
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-Nya di pagi dan senja hari, dengan mengharap keredhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (kerana) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan jangan-lah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Qs. Al-Kahfi: 28).
Dalam perjalanan panjang dakwah dan tarbiyah ini, istiqamah dibangunkan melalui tarbiyah imaniyah yang berterusan tanpa henti, baik secara jama’i (bersama) mahupun dzati (mandiri). Halaqah tarbawi perlu dipenuhi dengan suasana ruhiyah dan peribadahan, dan pelbagai aktiviti jama’i untuk peningkatan sensitiviti ruhiyyah dan tazkiyatun-nafs (pembersihan jiwa) dilakukan secara berkala dan konsisten. Kemudian, diperkukuhkan oleh suasana saling menasihati dalam kebenaran, dalam kesabaran dan dalam kasih-sayang.
Dalam suatu hadith diceritakan, sahabat Rasulullah saw. Abdullah al-Tsaqafi meminta nasihat kepada Rasulullah saw. agar dengan nasihat itu,d ia tidak perlu bertanya-tanya lagi soal agama kepada orang lain. Lalu, Rasulullah saw. bersabda,
”Qul Amantu Billah Tsumma Istaqim” (Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!). (H.R. Muslim)
”Qul Amantu Billah Tsumma Istaqim” (Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!). (H.R. Muslim)
Hadith tersebut mengajarkan kita untuk senantiasa beriman kepada Allah swt. serta menjalani semua perintah-Nya. Orang yang tidak memiliki sifat istiqamah sangatlah rugi kerana akan sia-sia semua usaha dan perjuangannya.
Antara jalan-jalan untuk mewujudkan sikap Istiqamah ialah:
Mengikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap redha Allah dan kerana Allah swt. Ketika beramal, tiada yang hadir dalam jiwa dan fikiran kita selain hanya Allah dan Allah. Kerana keikhlasan merupakan pijakan dasar dalam bertawakal kepada Allah. Tidak mungkin seseorang akan bertawakal, tanpa diiringi rasa ikhlas.
Bertahap dalam beramal. Dengan lain perkataan, ketika menjalankan suatu ibadah, kita hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin. Bahkan sifat kerutinan ini jika dipandang perlu, harus bersifat sedikit dipaksakan. Sehingga akan terwujud sebuah amalan yang rutin meskipun sedikit. Kerutinan inilah yang insyaAllah bakalnya keistiqamahan. Seperti dalam bertilawah Al-Qur’an, dalam qiyamul lail dan lainnya; hendaknya dimulai dari sedikit demi sedikit, kemudian ditingkatkan menjadi lebih baik lagi
Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang teguh terhadap ajaran Allah swt. Allah berfirman :
”Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. 3 : 101)
”Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. 3 : 101)
No comments:
Post a Comment